Validasi merupakan
bagian dari program penjaminan mutu (Quality Assurance) sebagai upaya
untuk memberikan jaminan terhadap khasiat (efficacy), kualitas (quality)
dan keamanan (safety) produk-produk industri farmasi. Validasi mencakup
paling tidak 4 (empat) bidang utama dalam industri farmasi, yaitu hardware,
terdiri dari instrument, peralatan produksi dan sarana penunjang, software, berupa
seluruh dokumen dan sistem/mekanisme kerja dalam industri farmasi, metode
analisa, dan kesesuaian sistem.
Validasi memiliki
cakupan yang sangat luas dan hampir meliputi seluruh bidang area di industri
farmasi, mulai dari personalia, bahan awal (bahan aktif, bahan tambahan maupun
bahan pengemas), fasilitas, peralatan, mesin, bangunan hingga sistem atau
prosedur kerja. Pelaksanaan validasi dibatasi hanya yang dilaksanakan di dalam
ruang lingkup produksi pembuatan obat saja, sedangkan lainnya merupakan
pelengkap (komplementer) dari pelaksanaan validasi proses, sehingga disebut
dengan Pharmaceutical Process Validation.
Secara garis besar pelaksanaan validasi di industri
farmasi terbagi menjadi tiga, yaitu :
- Pre validation, terdiri dari: kualifikasi
mesin, peralatan dan sarana penunjang, serta validasi metode analisa.
- Process validation, terdiri
dari: validasi proses produksi dan validasi pengemasan, dan validasi
pembersihan.
- Post validation, terdiri dari: periodic
review, change kontrol, dan revalidasi.
Begitu luasnya cakupan
validasi, terkadang membingungkan kalangan praktisi di industri farmasi untuk
melaksanakan validasi. FDA dalam “Guideline on General Principles of Process
Validation”, memberikan panduan langkah-langkah dalam pelaksanaan validasi,
yang tertuang dalam “validation life cycle” berikut ini, yaitu:
- Membentuk Validation
Comitee (komite validasi), yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan validasi di industri farmasi yang bersangkutan.
- Menyusun Validation Master
Plan (rencana induk validasi), yaitu dokumen yang menguraikan
(secara garis besar) pedoman pelaksanaan validasi di industri farmasi yang
bersangkutan.
- Membuat dokumen validasi, yaitu
protap (prosedur tetap), protokol serta laporan validasi.
- Pelaksanaan validasi.
- Melaksanakan peninjauan
periodik, change kontrol dan validasi ulang (revalidation).
Prinsip Validasi
Semua perangkat keras
dan lunak yang digunakan dalam proses pembuatan obat hendaklah divalidasi. Meliputi
:
a. Kualifikasi (personil,
peralatan, dan sistem)
b. Kalibrasi (instrumen dan
alat ukur)
c. Validasi (prosedur dan
proses)
Tujuan validasi
a. Mengidentifikasikan
parameter kritis
b. Menetapkan batas
toleransi yang dapat diterima dari masing - masing parameter kritis
c. Memberi cara metode
pengawasan terhadap parameter kritis
Sasaran validasi adalah
:
a. Memenuhi ketentuan CPOB
b. Menjamin bahwa proses
produksi sudah dilakukan dengan benar dan
aman
c. Menghindari kesalahan
atau menekan resiko penyimpangan yang mungkin terjadi seminimal mungkin
d. Mengurangi proses yang
kurang perlu sehingga dapat menghemat biaya
e. Menjamin
reprodusibilititas dari proses yang dilakukan
Sasaran ini hanya akan
tercapai bila semua proses secara rinci diketahui dan semua peralatan
dilengkapi dengan alat ukur yang lengkap sehingga akan mempermudah pemasangan,
pengaturan dan pemantauan parameter yang berperan selama proses produksi.
Secara rinci validasi mencakup:
a. Konstruksi dan rancang
bangunan sarana
b. Peralatan, sarana
penunjang dan layanan yang kritis
c. Prosedur analisis /
metode analisis
d. Kalibrasi instrumen
e. Bahan baku dan bahan
pengemas
f. Serah terima produksi
dan atau peningkatan skala bets
g. Prosedur pengolahan
induk dan prosedur pengemasan induk
h. Prosedur pembersihan
i. Personalia
Jenis-Jenis Validasi
- Validasi Proses
a. Validasi Prospektif
Validasi terhadap
pembuatan yang diterapkan sebelum produk di release di pasaran
(pre market validation. Biasanya dibutuhkan minimal 3 batch (diluar trial
batch) untuk menunjukkan hasil yang diharapkan.
•
Data kurang lengkap
•
Uji in process control tidak seluruhnya dilakukan
•
Dilakukan sebelum proses produksi
•
Terdapat alat dan komponen baru
b. Validasi
Concurrent
Validasi yang
dilaksanakan sambil melaksanakan proses produksi rutin untuk dijual dan sesuai
dengan protokol yang telah disiapkan dan disetujui
•
Perubahan pabrik pembuat eksipien dengan spesifikasi sama
•
Perubahan mesin dengan spesifikasi sama
•
Hasil validasi prospektif kurang memuaskan
•
Produksi produk-produk yang jarang dibuat atau diproduksi 3 batch
namun tidak berturut-turut
- Validasi Retrospektif
Validasi proses pembuatan
produk yang telah dipasarkan. Dilakukan dengan cara mengevaluasi dokumen batch
yang telah disiapkan berdasar protokol dan telah disetujui
•
Kehandalan proses (Process Capability) : bahwa hasil validasi
menunjukkan suatu proses yang terkendali dan handal. Nilai CPK hendaknya 1,33.
•
Apabila hasil validasi 10-30 batch tidak konsisten
- Validasi Pembersihan
Validasi pembersihan
bertujuan untuk memastikan bahwa prosedur pembersihan sudah tepat dan efektif
menghilangkan sisa produk sebelumnya (termasuk melihat cemaran mikroba)
sehingga tidak terjadi Cross Contamination.
Sekarang ini prosedur
pembersihan yang optimal telah dikembangkan, baik manual atau
otomatis-pertanyaannya tetap sama, apa yang harus kita perlihatkan dalam
validasi pembersihan? Secara ideal, prosedur pembersihan yang dirancang baik
akan menjadikan perlengkapan manufaktur terbebas dari residu produk sebelumnya
dan inspeksi visual akan mencukupi untuk menguji kebersihan perlengkapan. Telah
ditunjukkan, bagaimanapun juga, bahwa deteksi visual mempunyai keterbatasan dan
metode analitis sensitif yang cukup dapat mendeteksi residu di atas kemampuan mata
manusia. Untuk perlengkapan tertentu, di mana kontaminasi silang bukan menjadi
masalah, pemeriksaan visual setelah pembersihan dapat juga digunakan sebagai
kriteria validasi pembersihan tunggal. Namun, untuk komponen multiguna, kita
akan ingin menunjukkan bahwa tidak lebih dari jumlah residu yang dapat diterima
untuk tiap produk dapat ditemukan dalam jumlah tertentu dari tiap produk lain,
tanpa mempengaruhi keamanan pasien secara merugikan. Sehingga, kita perlu
memberikan definisi apa jumlah residu yang dapat diterima dari produk
kontaminan dan bagaimana hal ini dapat ditentukan, dan apa kuantitas tertentu
dari kontaminan produk. Residu agen pembersih perlu ditentukan untuk
perlengkapan tertentu, sama seperti perlengkapan multiguna.
Kontaminan
apa yang kita cari dalam validasi pembersihan ? Dalam kebanyakan kasus, produk
mengandung beberapa bahan aktif sebagai tambahan pada satu atau lebih zat
aktif. Prosedur pembersihan dapat mengandung informasi mengenai residu terkait
dengan prosedur pembersihan tersebut, seperti deterjen dan pelarut. Produk
degradasi dan pengotor dapat juga timbul pada proses pembersihan. Untuk membuat
usaha pembersihan dapat diatur dan praktis bagaimanapun, dianggap logis dan
dapat diterima untuk mengawasi residu zat aktif dan agen pembersih dalam rangka
menunjukkan efektifitas prosedur pembersihan. FDA’s Guidance for
Industry, Manufacturing, Processing or Holding of Active Pharmaceutical
Ingredients, Draft for Discucccion (March, 1998) menyatakan bahwa batas residu
(untuk APIs) mencakup bahan-bahan baku, prekursor, produk degradasi, isomer dan
agen pembersih. Bagaimanapun juga, dari pembacaan FDA Guide to Inspections of
Validation of Cleaning Processes (July, 1993), tampaknya bahwa persyaratan
untuk produk degradasi tidak diterapkan pada bentuk sediaan farmasetik.” Tidak
seperti produk farmasetik, dimana identitas kimia residu diketahui ( contohnya,
deterjen aktif dan inaktif ), proses penting dapat mempunyai reaktan parsial
dan produk samping yang tidak diinginkan yang boleh jadi belum pernah
diidentifikasi secara kimia.”
Untuk operasi melibatkan
sejumlah kecil produk dengan jumlah terbatas bagian perlengkapan, validasi
pembersihan dapat dialamatkan dengan validasi prosedur pembersihan untuk tiap
bagian perlengkapan untuk tiap produk yang dibuat dalam deretan perlengkapan.
Untuk perlengkapan yang digunakan untuk sejumlah variasi produk, pendekatan ini
tidak mudah dikarenakan muatan analitik yang banyak dalam perkembangan dan
validasi metode analitis sensitif yang cukup. Sehingga, pendekatan praktis
diadopsi untuk mengembangkan program yang dapat diatur berdasarkan asumsi yang
cukup. Mempertimbangkan kasus terburuk dan menggunakan aktor keamanan tambahan
untuk memastikan, dengan derajat kepercayaan yang lebih tinggi, bahwa baik
keamanan pasien dan persyaratan peraturan dipenuhi.
Dalam kondisi ketiadaan
persyaratan yang jelas dan publikasi yang berwenang, industri berjuang dalam
rangka mendefinisikan pendekatan praktis untuk membuat usaha validasi
pembersihan dapat diatur, pencarian literatur yang luas menunjukkan bahwa
pendekatan berbeda telah digunakan oleh perusahaan yang berbeda, bergantung
pada kompleksitas operasi perusahaan-nama nomor produk yang dibuat dan jumlah
bagian perlengkapan yang terlibat dalam proses manufaktur (Laban et
al., 1997; Mendenhall, 1989; McCormick and Cullen, 1993; McArthur and
Vasilevsky, 1995; Jenkins and Vanderwielen, 1994; Hwang et al., 1997;
Nilsen, 1998; Forsyth and Haynes, 1999; PDA Technical Report No 29 1998;
LeBlanc, 1998; Shea et al., 1996).
Sasaran validasi
pembersihan adalah memperoleh bukti terdokumentasi yang menyediakan derajat
jaminan yang tinggi bahwa prosedur pembersihan dapat secara efektif memindahkan
residu suatu produk dan agen pembersih dari perlengkapan manufaktur, pada level
dimana tidak meningkatkan perhatian keselamatan pasien.
Program validasi
pembersihan, setelah ditetapkan, akan menutupi semua operasi manufaktur untuk
semua produk dan mencakup sistem penelusuran untuk memungkinkan kinerja terkait
waktu dari validasi pembersihan untuk produk yang baru dikembangkan. Sehingga,
perubahan sistem kontrol perlu untuk mengevakuasi dampak perubahan pada
formulasi produk, perlengkapan, dan atau prosedur pembersihan, dalam rangka
untuk menjaga status validasi pembersihan perlengkapan.
Program
validasi pembersihan ditampilkan dalam langkah langkah berikut :
a.
Kebijakan
b.
Batas Penerimaan Kontaminasi
c.
Perencanaan dan Pelaksanaan
d.
Pengawasan dan Pemeliharaan
Menggunakan
program validasi pembersihan adalah komitmen utama dan aktivitas yang
menghabiskan waktu dan biaya dimana sumber daya yang penting perlu
dialokasikan. Sasarannya adalah program validasi pembersihan, yang menutupi
semua perlengkapan manufaktur dan dapat diatur dengan biaya yang efektif tanpa
mengkompromikan kualitas produk. Sehingga sebelum memulai program, kebijakan
perlu dijelaskan dalam manajemen lebih tinggi, disetujui dan diakui secara
tertulis. Kebijakan perlu mencakup prinsip dasar menutupi semua aspek terkait
validasi pembersihan yang, ketika digabungkan, menghasilkan program validasi pembersihan
yang dapat diatur.
Kebijakan
validasi pembersihan mencakup langkah berikut :
a. Memilih kasus terburuk
terkait produk
b. Memilih kasus terburuk
terkait perlengkapan
c. Memilih
dasar ilmiah batas kontaminasi
d. Memilih
metode sampling
e. Memilih
metode analitis
- Validasi Metode Analisis
Menurut SNI 19 - 17025
-2000 validasi adalah konfirmasi melalui pengujian dan pengadaan bukti
yang objektif. Tujuan validasi metode analisa adalah untuk membuktikan bahwa
semua metoda analisa (cara/prosedur pengujian) yang
digunakan dalam pengujian maupun pengawasan mutu, senantiasa mencapai hasil
yang diinginkan secara konsisten (terus-menerus).
Pada validasi metode
analisa yang diuji atau divalidasi adalah PROTAP (prosedur tetap)
pengujian yang bersangkutan. Validasi metode analisis umumnya dilakukan 4
tahapan:
a. uji identitas,
b. uji kuantitatif
kemurnian kandungan,
c. uji batas impuritas,
d. uji kuantitatif zat
aktif dalam sampel bahan atau obat atau komponen obat tertentu.
Presisi (Ketelitian)
Merupakan kemampuan
suatu metode analisis untuk menunjukkan kedekatan dari suatu seri pengukuran
yang diperoleh dari sampel yang homogen.
Terdapat 3 kategori
pengujian presisi, yaitu :
1.
Keterulangan (repeatability), dinilai dengan menggunakan
minimum penentuan dalam rentang penggunaan metode analisis tersebut (misalnya 3
konsentrasi/3 replikasi).
2.
Presisi Antara, yaitu perbedaan antar operator/analis
dengan sumber reagensia dan hari yang berbeda.
3.
Reprodusibilitas, dengan menggunakan beberapa
laboratorium untuk validasi metode analisis, agar diketahui pengaruh lingkungan
yang berbeda terhadap kinerja metode analisis.
Akurasi (Ketepatan)
1. Merupakan kemampuan
suatu metode analisa untuk memperoleh nilai yang sebenarnya (ketepatan pengukuran).
2. Menurut ISO, akurasi
adalah kesesuaian antara hasil analisis dengan nilai benar analit.
3. Akurasi dapat ditentukan
melalui berbagai cara:
·
Pemakaian CRM
·
Perbandingan dengan metode lain
·
Standar Adisi
Terdapat 5 metode
penentuan akurasi untuk penetapan kadar bahan aktif obat dalam bahan baku dan
produk obat, yaitu :
1.
Menggunakan metode analisis untuk menetapkan kadar analit dalam
bahan baku berkhasiat yang diketahui kemurniannya (misalnya bahan baku
pembanding sekunder).
2. Bahan baku berkhasiat
atau cemaran dalam jumlah yang diketahui ditambahkan kedalam plasebo. Metode
analisis ini akan digunakan untuk penetapan kadar bahan baku berkhasiat/cemaran
dalam produk obat.
3. Bila plasebo tidak bisa
diperoleh, verifikasi akurasi metode dapat dilakukan dengan teknik standar
adisi, yaitu dengan menambahkan sejumlah tertentu analit kedalam produk obat
yang telah diketahui kadarnya. Metode analisis ini digunakan untuk penetapan kadar
bahan baku berkhasiat/cemaran dalam produk obat.
4. Menambahkan cemaran
dalam jumlah tertentu kedalam bahan baku berkhasiat/produk obat. Metode
analisis ini digunakan untuk penetapan kadar cemaran dalam bahan baku
berkhasiat dan produk obat.
5.
Membandingkan dua metode analisis untuk mengetahui ekivalensinya,
yaitu membandingkan hasil yang diperoleh dari metode analisis yang divalidasi
terhadap hasil yang diperoleh dari metode analisis yang valid (akurasi metode
analisis yang valid ini telah diketahui). Metode analisis ini digunakan untuk
penetapan kadar bahan baku berkhasiat dalam bahan baku berkhasiat, produk obat
dan penetapan kadar cemaran.
Akurasi dinyatakan
sebagai prosentase (%) perolehan kembali (recovery). Akurasi dinilai
dengan menggunakan sedikitnya 9 penentuan dengan sedikitnya 3 tingkat
konsentrasi dalam rentang pengujian metode analisis tersebut (misalnya 3
konsentrasi/3 replikasi untuk tiap prosedur analisis lengkap). Ketepatan metode
analisa dihitung dari besarnya rata-rata (mean, x) kadar yang diperoleh
dari serangkaian pengukuran dibandingkan dengan kadar sebenarnya.
Hasil analisis
Recovery = —————– x 100%
Nilai sebenarnya
Syarat recovery : 98 –
102 %
Batas Deteksi (Limit of
Detection/LOD)
Merupakan jumlah analit
terkecil yang masih bisa dideteksi namun tidak perlu dapat terukur.
Batas Kuantitasi (Limit
of Quantitation/LOQ)
Merupakan jumlah analit
terkecil yang yang masih bisa diukur dengan akurat (tepat) dan presisi
(teliti).
Linearitas
Merupakan kemampuan
suatu metode analisa untuk menunjukkan hubungan secara langsung atau
proporsional antara respons detektor dengan perubahan konsentrasi analit. Diuji
secara statistik, yaitu Linear Regression (y = a + bx); dimana b adalah
kemiringan slope garis regresi dan a adalah perpotongan dengan
sumbu y.
∑ (x
– Xbar)(y- Ybar)
Koefisien korelasi (r) =
——————————–
√[ ∑ (x –Xbar)∑ (y- Ybar)]
x adalah pengukuran
individual dalam N pengukuran x (bar) adalah nilai rata-rata pengukuran; y
adalah nilai individual sebenarnya dalam N nilai sebenarnya dan y (bar) adalah
nilai rata-rata sebenarnya.
Pengujian dilakukan
paling tidak dengan menggunakan 5 kadar yang berbeda, kemudian dilihat apakah
memberikan respons yang linear apa tidak, yang ditunjukkan dengan nilai r ≥
0,98.
Spesifitas/Selektifitas
Merupakan kemampuan
suatu metode analisa untuk membedakan senyawa yang diuji dengan
derivat/metabolitnya. Adanya perbedaan nyata antara resolusi antara dua puncak
yang berdampingan dan kemurnian tiap puncak dalam kromatogram. Metode yang
selektif & spesifik akan dapat melakukan pengukuran dengan benar,
dengan adanya unsur pengganggu yang berasal dari:
·
Ketidakmurnian
·
Spesies senyawa kimia yang serupa
·
Komponen-komponen dari matriks sample
Selektifitas/Spesifisitas dapat ditingkatkan dengan
jalan :
·
Sample cleanup
·
Pemisahan
·
Daya/kemampuan dari sistem deteksi
Ketegaran (robustness)
Merupakan kapasitas
suatu metode analisis untuk tidak terpengaruh oleh variasi-variasi kecil dalam
parameter metode analisa. Contoh variasi kecil dalam metode analisa secara
HPLC, antara lain: pH fase gerak, suhu, tekanan, stabilitas, jumlah pelarut
organik yang dimodifikasi, konsentrasi buffer, konsentrasi additive, flow
rate, suhu kolom, dan lain-lain.
RE-VALIDASI
Revalidasi adalah
konfirmasi bahwa validasi yang telah dilakukan terhadap fasilitas, sistem,
peralatan dan proses termasuk proses pembersihan secara berkala dievaluasi
masih absah.
·
Kategori 1
·
Kategori 2
1 komentar:
Sangat membantu sekali, apakah saya boleh meminta sumbernya??
Posting Komentar