Kurkumin
merupakan senyawa polifenol yang dapat ditemukan pada temulawak, temugiring dan
kunyit. Kurkumin (diferuloylmethane) adalah senyawa aktif yang ditemukan pada
kunir, berupa polifenol dengan rumus kimia C21H20O6.
Kurkumin memiliki dua bentuk tautomer: keton dan enol. Struktur keton lebih
dominan dalam bentuk padat, sedangkan struktur enol ditemukan dalam bentuk
cairan. Senyawa
turunan kurkumin disebut kurkuminoid,
yang hanya terdapat dua macam, yaitu desmetoksikurkumin dan bis-desmetoksikurkumin, sedangkan in vivo,
kurkumin akan berubah menjadi senyawa metabolit berupa dihidrokurkumin atau tetrahidrokurkumin sebelum kemudian dikonversi
menjadi senyawa konjugasi monoglukoronida (Aggarwal dan Shishodia,
2006).
Gambar 2.4 Struktur curcumin (Katsuyama et al., 2007)
Gambar 2.5 Biosintesis kurkumin dari fenialanin (Kita et. al., 2008).
Kurkumin
mempunyai efek yang poten sebagai antiinflamasi, antioksidan dan antikanker.
Kurkumin yang dikonsumsi secara oral mempunyai kadar yang rendah dalam
plasma dan jaringan, hal ini dikarenakan absorbsi yang jelek, metabolisme yang
cepat dan eliminasi sistemik yang cepat (Preetha et al., 2007).
Mekanisme aksi dari kurkumin adalah dengan menginduksi
apoptosis sel, mengaktivasi penghambatan nuclear
factor kappa B (NFκB), serta menurunkan kadar dari sitokin proinflamasi
(IL-6, IL-8, and TNFα) (Bisht et al.,
2007).
Studi terkini yang dilakukan oleh Song et al. (2011), kurkumin dapat menghambat proliferasi dan menginduksi
apoptosis pada sel K1 (sel kanker tiroid kapiler) tergantung dosis. Dengan
konsentrasi kurkumin yang meningkat, kelangsungan hidup sel menurun secara
signifikan dan apoptosis terus meningkat. Pada penelitian ini, digambarkan
bahwa kurkumin memicu pembentukan ROS sangat cepat dan signifikan dalam sel K1,
yang dapat segera dideteksi hanya 5 menit setelah terapi obat, menyebabkan
sinyal apoptosis. Temuan ini menguatkan kesimpulan yang serupa yang diperoleh
oleh Hosseinzadeh et al. (2011) yang baru-baru melaporkan bahwa curcumin meingkatkan apoptosis
dengan doxorubicin melalui generasi ROS. Oleh karena itu, hasil ini mendukung
hipotesis bahwa curcumin mengarah ke pembentukan yang cepat dari ROS dan ini
dapat memainkan peran penting dalam induksi apoptosis pada sel K1.
ROS, yang sebagian besar diproduksi di mitokondria, jika
berlebihan, dapat menyebabkan serangan radikal bebas dari membran fosfolipid
dan mengakibatkan hilangnya potensial membran mitokondria, yang melepaskan
apoptosis-inducing faktor yang mengaktifkan jalur caspase dan menyebabkan
kondensasi inti (Thayyullathil et al.,
2008). Di sinilah menariknya, ROS yang dihasilkan oleh mitokondria (melalui
proses fosforilasi oksidatif), ternyata menargetkan juga pada dirinya sendiri
(mitokondria).
Gambar 2.6
Mekanisme antikanker kurkumin (Anonim, 2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar