A. Pendahuluan
Indonesia
dikenal sebagai Negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau lebih
dari 17.000. jumlah ini mengindikasikan pula kekayaan biodiversity yang
dimiliki Indonesia. Dalam buku yang dikeluarkan Conservation International : “Megadiversity
: Earth’s Biologically Wealthiest Nations” (1998), disebutkan bahwa
Indonesia berada diurutan kedua dalam keanekaragaman hayati. Namun eksploitasi
berlebihan pada sumber daya hayati sekarang ini menjadi isu kritis dan menjadi
masalah dari manajemen biodiversity. Isu terakhir yang banyak menyita perhatian
adalah kerusakan terumbu karang (coral
reef).
Dengan
panjang pantai 81.000 km, Indonesia dapat dikatakan sebagai Negara dengan ragam
terumbu karang terbanyak di kawasan Asia Pasifik. Dengan keberadaan terumbu
karang, pantai dan desa - desa yang terletak di dekat pantai terlindungi dari
hantaman ombak. Terumbu karang juga merupakan komponen penting untuk bermacam -
macam produk manufaktur, seperti farmasi, kesehatan, dan industri pangan.
Adapaun yang jarang diketahui orang adalah kemampuan terumbu karang dalam
memproduksi oksigen sebagaimana hutan di daratan.
Karena
menfaatnya yang sangat penting inilah kita perlu mengetahui lebih banyak
mengenai terumbu karang yang semakin menyusut jumlahnya. Bagi biota laut
lainnya, terumbu karang merupakan tempat berlindung sekaligus tempat mencari
makanan. Jadi dapat disimpulkan, jika terumbu karang semakin langka, maka hal
ini akan mengganggu keseimbangan ekosistem di laut. Persoalan ini tentunya
secara tidak langsung akan sangat merugikan manusia.
B. Kenali Berbagai Jenis Terumbu Karang
Terumbu karang adalah karang yang terbentuk dari
kalsium karbonat koloni kerang laut yang bernama polip yang bersimbiosis dengan organisme miskroskopis yang bernama zooxanthellae. Terumbu karang dapat
dikatakan sebagai hutan tropis ekosistem laut. Biasanya tumbuh di dekat pantai
di daerah tropis dengan temperatur sekitar 21-30ºC. Beberapa tempat tumbuhnya
terumbu karang adalah pantai timur Afrika, pantai selatan India, laut Merah,
lepas pantai timur laut dan barat laut Australia hingga ke Polynesia.
Terumbu karang terbesar adalah Great Barier Reef
di lepas pantai timur Australia dengan panjang sekitar 2000 km. Terumbu karang
merupakn sumber makanan dan obat-obatan dan melindungi pantai dari erosi akibat
gelombang laut. Terumbu karang juga memberikan perlindungan bagi hewan-hewan
dalam habitatnya ( sponge, ubur-ubur, ikan, bintang laut, udang-udangan,
kura-kura).
Terdapat beberapa tipe terumbu karang yaitu
terumbu karang yang tumbuh di sepanjang pantai di continental shelf yang disebut sebagai fringing reef , terumbu karang yang tumbuh sejajar pantai tapi agak jauh ke luar disebut sebagai
barrier reef, dan terumbu karang yang
menyerupai cincin di sekitar pulau vulkanik disebut sebagai coral atoll.
C. Kerusakan
Terumbu Karang
Terumbu karang ditemukan disekitar 100
negara dan merupakan habitat bagi 25% hewan laut. Terumbu karang akan mengalami
stress karena temparatur air laut yang meningkat, sinar ultraviolet dan
perubahan lingkungan lainnya, maka ia akan kehilangan sel alga simbiotiknya.
Akibatnya warnanya akan berubah menjadi putih, tetapi jika tingkat stress
terumbu karang amat tinggi akan mengakibatkan terumbu karang tersebut mati.
Perilaku masyarakat dalam upaya pemenuhan
kebutuhan ekonomi menjadi penyebab utama kerusakan terumbu karang di beberapa
wilayah di Tanah Air. Kondisi ini terus berlangsung karena berkolerasi dengan
ketidakseriusan aparat penegak hukum yang ada serta lemahnya sistem dan perangkat
hukum.
Dapat diketahui bahwa kondisi ekonomi masyarakat
pesisir telah mengalahkan kearifan lokal masyarakat setempat untuk memelihara
lingkungan. Seperti pada musim paceklik yang membuat para nelayan
mengeksploitasi sumber daya laut dengan menggunakan peralatan yang tidak ramah
lingkungan, seperti bahan peladak, racun, dll.
Pada musim paceklik, masyarakat dengan segala
keterbatasannya tidak melihat alternatif lain yang bisa dimanfaatkan untuk
menmbah penghasilan. Akibatnya, mereka terus mencari ikan laut dengan berbagai
cara. Eksploitasi sumber daya laut di areal terumbu karang juga terjadi akibat
kurangnya dana untuk mencari ikan ke tengah laut.
Di wilayah pesisir Indonesia terdapat hamparan
terumbu karang yang cukup luas atau sekitar 15% dari total terumbu karang dunia
seluas 85.707 km2. Namun kualitas dan kondisi ekosistem terumbu
karang Indonesia mulai menurun ke tingkat yang mengkhawatirkan akibat berbagai
bentuk perilaku ekonomi dan dampak aktifitas manusia dari darat.
Dari luas 40.000 hektar terumbu karang Indonesia,
30% mengalami rusak parah, 40% mengalami rusak sedang, dan 30% masih baik atau
seluas 14.431 hektar yang terdapat di Nias Selatan, Nias, dan Tapanuli Tengah.
Melalui program rehabilitasi terumbu karang, dapat diperkirakan tahun 2009 akan
ada perbaikan hingga 10%.
Penangkapan ikan secara destruktif, pencemaran, sedimentasi, dan penambangan karang menjadi penyebab kerusakan karang. Untuk
mengurangi tekanan terhadap ekosistem terumbu karang, perlu peningkatan
pendapatan masyarakat melalui kegiatan pengembangan mata pencaharian
alternatif, serta memberikan kesdaran dan kepedulian untuk melestarikan
ekosistem terumbu karang.
Selain itu pemerintah daerah diharpkan dapat
mendukung masyarakat untuk mengembangkan upaya mengurangi faktor-faktor yang
dapat merusak terumbu karang dan membiarkan ekosistem terumbu karang pulih
secara alami.
Ekosistem terumbu karang di Taman Nasional Laut
Kepulauan Seribu memilki bentuk yang menarik dan kekhususan tersendiri serta
mempunyai asal usul yang unik. Untuk menghindari terjadinya erosi genetik dan
menjamin kelestarian potensi alam tersebut, perlu dilakukan pengelolaan secara
bijaksana dengan prinsip-prinsip konsversi.
Guna menunjang usaha pengelolaan tersebut
diperlukan data dan informasi yang lengkap, antara lain berupa data terumbu
karang dan ikan terumbu karang disekitar terumbu tersebut. Tujuan kegiatan ini
adalah untuk mengetahui presentase tutupan karang dan frekuensi kehadiran ikan
di sekitar karang tersebut.
Hasil dari kegiatan ini antara lain : presentase
tutupan karang di lima pulau berkisar 4,3 – 50,07% dan secara umum berkonsis
rusak. Dengan keberadaan pulau resort wisata dapat mengurangi tekanan
pengrusakkan terumbu karang dengan bahan peledak dan KCN.
D. Tsunami
di Aceh Sebabkan Kerusakan Terbesar
Gelombang Tsunami yang melanda D.I Aceh pada awal
2005 yang lalu tidak hanya membawa kerusakan pada ekosistem darat, namun juga
pada ekosistem laut. Kerusakan terumbu karang di Aceh bahkan tercatat sebagai
keruskan yang paling besar dan luas yang pernah terdeteksi oleh para ahli.
Penelitian
tersebut dilakukan oleh para ahli dari Wildlife Conservation Society-Indonesia
Marine Program dan Australian Research Council Centre of Excellence for Coral
Reef Studies (ARCCOERS) pada terumbu karang di Pulau Simeulue dan Pulau Banyak
dipesisir Aceh pada bulan Maret 2007 yang lalu.
Penelitian ini untuk pertama kalinya
mendokumentasikan efek gelomabang Tsunami yang telah mengangkat dasar lautan
beserta terumbu karang di atasanya. Hal tersebut menyebabkan kerusakan pada
terumbu karang yang mengelilingi pulau tersebut.
Tetapi hasil penelitian dari Wildlife Conservation
Society-Indonesia Marine Program menyatakan bahwa di beberapa tempat telah
muncul tanda-tanda regenerasi dan rekolonialisasi yang terjadi secara alamiah
dari terumbu karang tersebut sehingga terumbu karang tersebut masih memiliki
harapan berkembang walaupun membutuhkan waktu bertahun-tahun.
Kerusakan pada terumbu karang juga diakibatkan
oleh bintang laut duri, predator ganas pemangsa terumbu karang dan juga
disebabkan oleh ulah manusia seperti penangkapan ikan dengan racun dan bom.
Adanya tanda-tanda regenerasi di wilayah terumbu
karang yang rusak, memberi harapan bahwa ekosistem bawah laut Aceh lama
kelamaan akan kembali seperti semula. Oleh karena itu, proses regenerasi
terumbu karang secara alamiah tersebut harus kita lindungi bersama untuk
menjaga kelestariannya.
Luas terumbu karang Indonesia diperkirakan sekitar
60.000 km2. Terumbu karang yang dalam kondisi baik hanya 6,2 %. Terjadinya
kerusakan ini pada umumnya disebabkan oleh 3 faktor :
1. Keserakahan manusia
2. ketidaktahuan dan ketidakpedulian
pada alam
3.
Penegak hukum yang lemah
D. Pelestarian
Terumbu Karang
Yang dapat dilakukan untuk membantu melestarikan
Terumbu Karang adalah :
· Jangan
membeli souvenir atau barang-barang yang terbuat dari karang atau hewan laut
yang dikeringkan.
·
Jangan
menyentuh, berdiri diatas karang saat bermain di laut.
· Jika
anda adalah seorang penyelam, perhatikan gerakan fin, tabung dan alat selam
lainnya jangan sampai membentur karang.
· Terdapat
bukti-bukti bahwa di dalam terumbu karang terkandung bahan-bahan untuk
obat-obatan.
·
Bergabunglah
dengan badan pelestarian alam dan laut.
E. Interaksi
Penduduk dengan Terumbu Karang
Zona
pesisir Indonesia menopang kehidupan sekitar 60% dari 182 juta penduduk
Indonesia. Pada beberapa
wilayah tertentu, komunitas lokal sangat bergantung kepada banyak tipe terumbu
karang dan hewan laut di terumbu karang, untuk pangan dan untuk diperdagangkan.
Termasuk didalamnya ialah penyu, berbagai jenis ikan, berbagai jenis
molusca,krustacea, dan echinodermata.
Keuntungan yang diperoleh bagi penduduk dari
terumbu karang, seperti :
- Terumbu karang secara tradisional dimanfaatkan sebagai bahan bangunan karena mengandung kapur. Demikian pula pasir yang diambil dari ekosistem terumbu karang digunakan sebagai bahan campuran semen.
- Terumbu karang menyediakan sumber pangan yang berlimpah bagi penduduk Indonesia. Banyak sekali ikan-ikan karang dimakan karena mereka memiliki daging yang bergizi tinggi sebagai sumber pangan.
F. Pengelolaan
Terumbu Karang
Pembentukan pengelolaan terumbu karang yang
menjadi bagian dari Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu (Intergrated Coastal
Zone Management) di Indonesia, menghadapi tantangan akibat kurangnya dukungan
keuangan, teknologi yang kurang memadai dan sumber daya manusianya.
Masalah-masalah yang dihadapi oleh pengelolaan
wilayah pesisir di Indonesia mirip dengan negara-negara ASEAN lainnya, beberapa
masalah yang sangat kritikal, antara lain:
- Degradasi dari ekosistem pesisir dan laut, termasuk ekosistem terumbu karang.
- Pencemaran terhadap lingkungan pesisir dan laut.
- Eksploitasi secara berlebihan terhadap sumberdaya yang ada di pesisir dan laut, dan telah meluasnya pengambilan secara ilegal terhadap sumberdaya laut.
- Perkembangan ke arah pembangunan strategi nasional dari pengelolaan wilayah pesisir terpadu relatif kecil, demikian pula dengan perlindungan terhadap keanekaragaman hayati laut.
Masalah - masalah di atas dimungkinkan terjadi
akibat kondisi sistem pengelolaan di Indonesia yang dapat digambarkan sebagai berikut :
- Ketiadaan koordinasi terhadap perencanaan pembangunan antara level pemerintahan lokal (propinsi) dengan level pemerintahan pusat.
- Lemahnya penegakkan hukum dari undang-undang dan peraturan yang berlaku sehubungan dengan pemanfaatan sumber daya pesisir dan laut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar