Senin, 14 Januari 2013

Suppositoria


Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra. Umumnya meleleh, melunak, atau melarut dalam suhu tubuh. Suppositoria dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat atau sebagai pembawa zat terapeutik yang bersifat lokal atau sistemik. Bahan dasar suppositoria yang umum digunakan adalah lemak coklat, gelatin tergliserinasi, minyak nabati terhidrogenasi, campuran polietilen glikol, dan esterasam lemak polietilen glikol. (Depkes RI, 1995)
Bahan dasar suppositoria mempengaruhi pada pelepasan zat terapeutiknya. Lemak coklat capat meleleh pada suhu tubuh dan tidak tercampurkan dengan cairan tubuh, sehingga menghambat difusi obat yang larut dalam lemak pada tempat yang diobati. Polietilen glikol adalah bahan dasar yang sesuai dengan beberapa antiseptik, namun bahan dasar ini sangat lambat larut sehingga menghambat pelepasan zat yang dikandungnya. Bahan pembawa berminyak, seperti lemak coklat, jarang digunakan dalam sediaan vagina, karena membentuk residu yang tidak dapat diserap. Sedangkan gelatin jarang digunakan dalam penggunaan melalui rektal karena disolusinya lambat. (Depkes RI, 1995)
Bobot suppositoria bila tidak dinyatakan lain adalah 3 gr untuk dewasa dan 2 gr untuk anak. Penyimpanan suppositoria sebaiknya di tempat yang sejuk dalam wadah tertutup rapat. Bentuknya yang seperti torpedo memberikan keuntungan untuk memudahkan proses masuknya obat dalam anus. Bila bagian yang besar telah masuk dalam anus, maka suppositoria akan tertarik masuk dengan sendirinya. (Moh. Anief, 2007)
Keuntungan penggunaan suppositoria dibandingkan dengan penggunaan obat secara per oral adalah :
  • Dapat menghindari terjadinya iritasi obat pada lambung 
  • Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan 
  • Obat dapat masuk langsung dalam saluran darah dan berakibat obat dapat memberi efek lebih cepat 
  • Baik bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar.

(http://farmasi.dikti.net, 2009)

Pembuatan Suppositoria
            Pembuatan suppositoria secara umum dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
  • Bahan dasar yang digunakan harus leleh pada suhu tubuh atau larut dalam cairan yang ada dalam rektum
  • Obat dilarutkan dalam bahan dasar, bila perlu dilakukan pemanasan atau obat dibuat serbuk halus.
  • Setelah campuran obat dan bahan dasar dilelehkan atau mencair, dilakukan pencetakan dan didinginkan.

Cetakan suppositoria terbuat dari besi yang dilapisi nikel atau logam lain atau plastik. Cetakan harus mudah dibuka secara longitudinal untuk mengeluarkan suppositoria yang telah jadi. Untuk menghindari obat melekat pada cetakan, maka cetakan sebelumnya dilumuri dengan parafin, minyak lemak, atau spiritus saponatus. Untuk suppositoria yang mengandung garam logam, jangan menggunakan spiritus saponatus karena akan berreaksi dengan senyawa sabunnya. Sebagai gantinya dapat digunakan Oleum ricini dalam etanol. Untuk suppositoria berbahan dasar polietilen glikol dan tween tidak perlu bahan pelicin karena saat pendinginan mengalami pengerutan sehingga mudah dilepas dari cetakan. (Moh. Anief, 2000)
Suppositoria Lemak Coklat
Suppositoria berbahan dasar lemak coklat dapat dibuat dengan cara mencampur bahan obat yang dihaluskan ke dalam minyak padat pada suhu kamar dan massa yang dihasilkan dibuat dalam bentuk yang sesuai. Sejumlah zat pengeras yang sesuai dapat ditambahkan untuk mencegah kecenderungan beberapa obat, seperti kloralhidrat dan fenol, yang melunakkan bahan dasar. (Depkes, 1995)
Suppositoria Gelatin Tergliserinasi
Bahan obat dapat dicampur ke dalam bahan dasar gelatin tergliserinasi, dengan komposisi bahan dasar 70% gliserin, 20% gelatin, dan 10% air. Suppositoria jenis ini sebaiknya disimpan dalam wadah tertutup rapat pada suhu dibawah 35oC.
Suppositoria dengan Bahan Dasar Polietilen Glikol
            Beberapa kombinasi polietilen glikol mempunyai suhu lebur lebih tinggi dari suhu badan telah digunakan sebagai bahan dasar dari suppositoria. Karena pelepasan bahan obat dari bahan dasar lebih ditentukan oleh disolusi dari pada pelelehan, maka masalah dalam pembuatan dan penyimpanan jauh lebih sedikit dibandingkan masalah yang disebabkan oleh jenis bahan pembawa yang melebur. Tetapi, polietilen glikol dengan kadar tinggi dan bobot molekul lebih tinggi, dapat memperpanjang waktu disolusi, sehingga menghambat pelepasan bahan obat. Pada etiket suppositoria polietilen glikol, harus tertera petunjuk “Basahi dengan air sebelum digunakan”. Meskipun dapat disimpan tanpa pendinginan, suppositoria ini harus dikemas dalam wadah tertutup rapat. (Depkes, 1995)
Suppositoria dengan Bahan Dasar Surfaktan
            Beberapa surfaktan non ionik dengan sifat kimia mendekati polietilen glikol, dapat digunakan sebagai bahan pembawa suppositoria. Contoh surfaktan ini adalah ester asam lemak polioksietilen sorbitan dan polioksietilen stearat. Surfaktan ini dapat digunakan dalam bentuk tunggal atau kombinasi dengan pembawa suppositoria yang lain untuk memperoleh suhu lebur yang memiliki rentang lebar dan konsistensi suppositoria itu sendiri.
Salah satu keuntungan utama dari penggunaan bahan pembawa ini adalah dapat terdispersi dalam air. Tetapi, dalam penggunaan surfaktan ini harus sangat hati-hati karena dapat meningkatkan kecepatan absorbsi obat atau dapat berinteraksi dengan molekul obat, yang dapat menurunkan aktivitas terapeutik dari obat.
Tujuan Penggunaan Sediaan Obat Suppositoria
            Suppositoria dipakai untuk pengobatan lokal melalui rektal untuk distribusi sistemik, karena dapat diserap oleh membrana mukosa dalam rektum. Dan ini digunakan ketika tidak dimungkinkan pasien diberikan obat secara oral, seperti pasien yang mudah muntah.
            Aksi kerja awal akan diperoleh secara cepat karena obat diabsorbsi melalui mukosa rektal langsung masuk ke dalam sirkulasi darah, serta terhindar dari pengrusakan obat oleh enzim dalam saluran gastrointestinal dan perubahan obat secara biokimia di dalam hepar. Faktor – faktor yang mempengaruhi absorbsi obat melalui rektal adalah :
·         Faktor Fisiologis :
o   Rektum memiliki sedikit cairan dengan pH sekitar 7,2. Jumlah obat yang diabsorbsidan masuk ke dalam peredaran darah tergantung dimana obat itu dilepas dalam rektum.
·         Faktor Fisika Kimia dari Obat dan Basis
o   Kelarutan obat
o   Kadar obat dalam basis
o   Ukuran partikel
o   Basis suppositoria

Sabtu, 12 Januari 2013

Nikotin, Zat Berbahaya yang Umum Disalahgunakan


A.    Pendahuluan
Nikotin adalah suatu jenis senyawa kimia yang termasuk ke dalam golongan alkaloid karena mempunyai sifat dan ciri alkaloid.


Alkaloid merupakan senyawa yang bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen dan biasanya berupa sistem siklis. Alkaloid mengandung atom karbon, hidrogen, nitrogen dan pada umumnya mengandung oksigen. Senyawa alkaloid banyak terkandung dalam akar, biji, kayu maupun daun dari tumbuhan dan juga dari hewan. Senyawa alkaloid merupakan hasil metabolisme dari tumbuh–tumbuhan dan digunakan sebagai cadangan bagi sintesis protein. Kegunaan alkaloid bagi tumbuhan adalah sebagai pelindung dari serangan hama, penguat tumbuhan dan pengatur kerja hormon. Alkaloid mempunyai efek fisiologis. Sumber alkaloid adalah tanaman berbunga, angiospermae, hewan, serangga, organisme laut dan mikroorganisme. Famili tanaman yang mengandung alkaloid adalah Liliaceae, solanaceae, rubiaceae, dan papaveraceae (Tobing, 1989).

Sifat-sifat  alkaloid:
a.         Biasanya merupakan kristal tak berwarna, tidak mudah menguap, tidak larut dalam air, larut dalam pelarut organik. Beberapa alkaloid berwujud cair dan larut dalam air. Ada juga alkaloid yang berwarna, misalnya berberin (kuning).
b.         Bersifat basa (pahit, racun).
c.         Mempunyai efek fisiologis serta aktif optis.
d.        Dapat membentuk endapan dengan larutan asam fosfowolframat, asam fosfomolibdat, asam pikrat, dan kalium merkuriiodida.
(Tobing, 1989)



B.     Nikotin
Nikotin adalah suatu alkaloid dengan nama kimia 3-(1-metil-2-pirolidil) piridin. Saat diekstraksi dari daun tembakau, nikotin tak berwarna, tetapi segera menjadi coklat ketika bersentuhan dengan udara. Nikotin dapat menguap dan dapat dimurnikan dengan cara penyulingan uap dari larutan yang dibasakan.

Nikotin adalah bahan alkaloid toksik yang merupakan senyawa amin tersier, bersifat basa lemah dengan pH 8,0. Pada pH tersebut, sebanyak 31% nikotin berbentuk bukan ion dan dapat melewati membran sel. Pada pH ini nikotin berada dalam bentuk ion dan tidak dapat melewati membran secara cepat sehingga di mukosa pipi hanya terjadi sedikit absorpsi nikotin dari asap rokok.
Nikotin adalah zat alkaloid yang ada secara natural di tanaman tembakau. Nikotin juga didapati pada tanaman-tanaman lain dari famili biologis Solanaceae seperti tomat, kentang, terung dan merica hijau pada level yang sangat kecil dibanding pada tembakau. Zat alkaloid telah diketahui memiliki sifat farmakologi, seperti efek stimulan dari kafein yang meningkatkan tekanan darah dan detak jantung.

C.    Metabolisme Nikotina
Alkaloid nikotin mengalami proses metabolisme, yaitu suatu proses dimana nikotin mengalami perubahan struktur karena adanya senyawa–senyawa kimia di sekitarnya. Proses metabolisme nikotin dalam tembakau disajikan dalam gambar 4.


Sebagian besar in vivo metabolit dari nikotin adalah konitin laktam. Transformasi metabolit ini mewakili semua oksidasi 4–elektron. Studi in vitro menunjukkan hilangnya nikotin dari campuran inkubasi tidak dihambat, walaupun pembentukan nikotin diblok secara sempurna.
Metabolisme oksidatif pada nikotin dengan pembuatan mirkosomal hati kelinci dengan adanya ion sianida ditunjukkan dengan adanya isomer kedua senyawa siano nikotin. Pembentukan struktur N-(sianometil) nornikotin didapatkan dari penyerangan nukleofilik oleh ion sianida pada senyawa antara jenis metil iminium. Senyawa ini dibentuk dengan ionisasi jenis N hidroksimetil nornikotin. Senyawa antara karbinolamin yang sama terlihat pada N-demetilasi dari nikotin menjadi nornikotin (Wolff, 1994).

D.    Biosintesis Nikotina
Nikotin dapat disintesis dari sebuah asam amino yaitu ornitin. Biosintesis nikotin dari asam amino ornitin dapat dibuat skema seperti gambar 5.

Gambar 5. Biosintesis nikotin (Arifin, 2001).




Pada biosintesis nikotin, cincin pirolidin berasal dari asam amino ornitin dan cincin piridin berasal dari asam nikotinat yang ditemukan dalam tumbuhan tembakau. Gugus amino yang terikat pada ornitin digunakan untuk membentuk cincin pirolidin dari nikotin.



E.     Tumbuhan Asal Nikotina
     Nikotin berasal dari tanaman tembakau. Tembakau adalah tanaman musiman yang tergolong dalam tanaman perkebunan. Pemanfaatan tanaman tembakau terutama pada daunnya yaitu untuk pembuatan rokok.
                  Tanaman tembakau diklasifikasikan sebagai berikut :
                   
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
     Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
         Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
             Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
                 Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
                     Sub Kelas: Asteridae
                         Ordo: Solanales
                             Famili: Solanaceae (suku terung-terungan)
                                 Genus: Nicotiana
                                     Spesies: Nicotiana tabacum L.
dan Nicotiana rustica

Nicotiana tabacum dan Nicotiana rustica mempunyai perbedaan yang jelas. Pada Nicotiana tabacum, daun mahkota bunganya memiliki warna merah muda sampai merah, mahkota bunga berbentuk terompet panjang, daunnya berbentuk lonjong pada ujung runcing, kedudukan daun pada batang tegak, merupakan induk tembakau sigaret dan tingginya sekitar 120 cm. Adapun Nicotiana rustica, daun mahkota bunganya berwarna kuning, bentuk mahkota bunga seperti terompet berukuran pendek dan sedikit gelombang, bentuk daun bulat yang pada ujungnya tumpul, dan kedudukan daun pada batang mendatar agak terkulai. Tembakau ini merupakan varietas induk untuk tembakau cerutu yang tingginya sekitar 90 cm (Cahyono, 1998).
Dalam spesies Nicotiana tabacum terdapat varietas yang amat banyak jumlahnya, dan untuk tiap daerah terdapat perbedaan jumlah kadar nikotin, bentuk daun, dan jumlah daun yang dihasilkan. Proporsi kadar nikotin banyak bergantung kepada varietas, tanah tempat tumbuh tanaman, dan kultur teknis serta proses pengolahan daunnya (Abdullah, 1982).

Bagian–bagian Tanaman Tembakau
Tanaman tembakau mempunyai bagian–bagian sebagai berikut:
a.        Akar
Tanaman tembakau berakar tunggang menembus ke dalam tanah sampai kedalaman 50–75 cm, sedangkan akar kecilnya menyebar ke samping. Tanaman


tembakau juga memiliki bulu akar. Perakaran tanaman tembakau dapat tumbuh dan berkembang baik dalam tanah yang gembur, mudah menyerap air dan subur.
b.      Batang
Batang tanaman tembakau agak bulat, lunak tetapi kuat, makin ke ujung makin kecil. Ruas batang mengalami penebalan yang ditumbuhi daun, dan batang tanaman tidak bercabang atau sedikit bercabang. Pada setiap ruas batang selain ditumbuhi daun juga tumbuh tunas ketiak daun, dengan diameter batang 5 cm. Fungsi dari batang adalah tempat tumbuh daun dan organ lainnya, tempat jalan pengangkutan zat hara dari akar ke daun, dan sebagai jalan menyalurkan zat hasil asimilasi ke seluruh bagian tanaman.
c.       Daun
Bentuk daun tembakau adalah bulat lonjong, ujungnya meruncing, tulang daun yang menyirip, bagian tepi daun agak bergelombang dan licin. Daun bertangkai melekat pada batang, kedudukan daun mendatar atau tegak. Ukuran dan ketebalan daun tergantung varietasnya dan lingkungan tumbuhnya. Daun tembakau tersusun atas lapisan palisade parenchyma pada bagian atasnya dan spongy parenchyma pada bagian bawah. Jumlah daun dalam satu tanaman berkisar 28–32 helai, tumbuh berselang–seling mengelilingi batang tanaman. Daun tembakau cerutu diklasifikasikan menurut letaknya pada batang, yang dimulai dari bawah ke atas dibagi menjadi 4 klas yakni : daun pasir (zand blad), kaki (voet blad), tengah, (midden blad), atas (top blad). Sedangkan daun tembakau Virginia pada dasarnya dibagi menjadi 4 kelas, yakni: daun pasir (lugs), bawah dan tengah (cutters), atas (leaf), dan pucuk (tips).



Bagian dari daun tembakau Virginia yang mempunyai nilai tertinggi adalah daun bawah dan tengah menyusul daun atas, sedang daun pasir dan pucuk hampir tidak bernilai kecuali untuk tembakau rajangan (Abdullah, 1982).





d.      Bunga
Bunga tanaman tembakau merupakan bunga majemuk yang terdiri dari beberapa tandan dan setiap tandan berisi sampai 15 bunga. Bunga berbentuk terompet dan panjang. Warna bunga merah jambu sampai merah tua pada bagian atasnya, sedang bagian lain berwarna putih. Kelopak memiliki lima pancung, benang sari berjumlah lima tetapi yang satu lebih pendek dan melekat pada mahkota bunga. Kepala putik atau tangkai putik terletak di atas bakal buah di dalam tabung bunga. Letak kepala putik dekat dengan benang sari dengan kedudukan sama tinggi.
e.       Buah
Buah tembakau akan tumbuh setelah tiga minggu penyerbukan. Buah tembakau berbentuk lonjong dan berukuran kecil berisi biji yang sangat ringan. Biji dapat digunakan untuk perkembangbiakan tanaman. Tanaman tembakau dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Tanaman tembakau 




F.     Efek Penggunaan Nikotin dalam Tubuh
Nikotin yang terdapat di tembakau, merupakan salah satu zat aditif yang dikenal. Nikotin adalah penghambat susunan syaraf pusat (SSP) yang mengganggu keseimbangan syaraf. Ketergantungan fisik dan psikologi pada nikotin berkembang sangat cepat. Menghisap tembakau menghasilkan efek nikotin pada SSP dalam waktu kurang lebih sepuluh detik. Jika tembakau dikunyah, efek pada SSP dialami dalam waktu 3–5 menit.
Efek nikotin tembakau yang dipakai dengan cara menghisap, menguyah atau menghirup tembakau dengan sedotan, menyebabkan penyempitan pembuluh darah, peningkatan denyut jantung dan tekanan darah, nafsu makan berkurang, sebagian menghilangkan perasaan cita rasa dan penciuman serta membuat paru-paru menjadi nyeri. Penggunaan tembakau dalam jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan pada paru–paru, jantung, dan pembuluh darah .
Nikotin membuat ketagihan. Itulah sebabnya para perokok ingin terus menghisap tembakau secara rutin karena mereka ketagihan nikotin. Ketagihan tersebut ditandai dengan keinginan yang menggebu untuk selalu mencari dan menggunakan, meskipun mengetahui akan konsekuensi negatif terhadap kesehatan.
Dari sifat ketergantungan alami yang muncul ditemukan bahwa nikotin mengaktifkan jaringan otak yang menimbulkan perasaan senang, tenang, dan rileks. Sebuah bahan kimia otak termasuk dalam perantara keinginan untuk terus mengkonsumsi, yakni neurotransmiter dopamine, dalam penelitian menunjukkan bahwa nikotin meningkatkan kadar dopamine tersebut. Efek akut dari nikotin dalam beberapa menit menyebabkan perokok melanjutkan dosis secara frekuentif per harinya sebagai usaha mempertahankan efek kesenangan yang timbul dan mempertahankan diri dari efek ketergantungan.
Nikotin dapat berlaku sebagai sebuah stimulan dan obat penenang atau penghilang rasa sakit. Secara langsung setelah kontak dengan nikotin maka timbul rangsangan terhadap kelenjar adrenal yang menyebabkan terlepasnya hormon adrenalin. Hormon adrenalin ini merangsang tubuh dan menyebabkan pelepasan glukosa secara mendadak yang akhirnya kadar gula dalam darah menurun, dan tekanan darah juga meningkat. Begitu pula pada pernapasan dan detak jantung. Reaksi ini hampir sama seperti yang terlihat pada kasus penyalahgunaan obat misalnya kokain dan heroin yang diduga dapat menimbulkan sensasi senang. Namun di sisi lain nikotin dapat menimbulkan efek sebagai obat penenang atau penghilang rasa sakit, tergantung dari kadar yang dikonsumsi dalam sistem dan dosis yang digunakan.

Nikotin dalam metabolisme dapat menghilang dari tubuh dalam beberapa jam, namun jika perokok terus menerus merokok dan semakin lama bertambah kuat sehingga merokok hanya untuk mendapatkan rangsangan yang diinginkan. Sayangnya jika menghentikan masukan nikotin biasanya diikuiti dengan reaksi ketergantungan (withdrawl syndrome) yang mungkin membutuhkan waktu sekitar satu bulan atau lebih. Hal tersebut termasuk gejalanya, yakni muncul sifat lekas marah, terlalu sensitif, kecanduan, pengurangan fungsi kognitif tubuh dan pemusatan perhatian, serta terjadi gangguan tidur.
Efek paling berbahaya dari mengkonsumsi tembakau dan kertergantungan nikotin adalah menyebabkan kanker dan sepertiga dari semua penyakit kanker itu yakni kanker paru-paru. Penyakit ini pembunuh pertama pada pria maupun wanita dan menguasai sekitar 90% dari semua kasus kanker paru-paru pada perokok. 

Jumat, 11 Januari 2013

Vertigo


Vertigo merupakan bagian dari dizziness, yang diakibatkan oleh ketidakseimbangan sistem vestibuler. Keluhan vertigo vestibuler dapat berupa ilusi bergerak, biasanya rasa lingkungan sekitar berputar tetapi dapat juga berupa motion sickness (mabok) atau ketidakseimbangan seakan-akan jatuh ke salah satu sisi.  Vertigo dapat merupakan gejala yang mandiri, namun bisa juga timbul bersama dengan gejala lain dari :
-          jalur vestibulo otonomik (peluh dingin, mual muntah),
-          jalur vestibulospinal (sempoyongan, tidak stabil, posisi kepala terfiksasi ke arah tertentu) dan
-          jalur vestibulo visual (nistagmus, oscillopsia, diplopia).
Normalnya, saraf aferen dari organ otolit dan kanalis semisirkularis di telinga mengatur keseimbangan jaras yang berjalan ke nukleus vestibularis. Gangguan yang asimetris dari aktivitas vestibular  baik di perifer maupun sentral, dapat menyebabkan vertigo.   
             Vertigo perifer dan sentral dapat dibedakan melalui gejala yang ditimbulkan. Berdasarkan gejalanya, vertigo dibagi menjadi: vertigo yang paroksismal, vertigo yang kronis, dan vertigo yang serangannya mendadak/akut, berangsur-angsur mengurang.  Baloh, membagi gejala vertigo menjadi : vertigo rekuren, prolonged spontaneours vertigo dan vertigo posisional (Minoff et al., 1996).

B.     ETIOLOGI
Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya disertai dengan mual dan kehilangan keseimbangan. Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa saat atau bisa berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari. Penderita kadang merasa lebih baik jika berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama sekali (Bhattacharyya et al., 2008).

C.     PATOFISIOLOGI
Benign Paroxysmal Positional Vertigo merupakan penyakit yang sering ditemukan, dimana vertigo terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 1 menit. Perubahan posisi kepala (biasanya terjadi ketika penderita berbaring, bangun, berguling diatas tempat tidur atau menoleh ke belakang) biasanya memicu terjadinya  vertigo ini. Penyakit ini disebabkan oleh adanya endapan kalsium di dalam salah satu kanalis semisirkularis di dalam telinga bagian dalam. Vertigo jenis ini mengerikan, tetapi tidak berbahaya dan biasanya menghilang dengan sendirinya dalam beberapa minggu atau bulan. Tidak disertai hilangnya pendengaran maupun telinga berdenging. Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui organ keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf yang berhubungan dengan area tertentu di otak. Vertigo bisa disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam saraf yang menghubungkan telingan dengan otak dan di dalam otaknya sendiri. Vertigo juga bisa berhubungan dengan kelainan penglihatan atau perubahan tekanan darah yang terjadi secara tiba-tiba (Bhattacharyya et al., 2008).
Penyebab umum dari vertigo:
  1. Keadaan lingkungan
- Motion sickness (mabuk darat, mabuk laut)
  1. Obat-obatan
- Alkohol
- Gentamisin
  1. Kelainan sirkulasi
- Transient ischemic attack (gangguan fungsi otak sementara karena berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak) pada arteri vertebral dan arteri basiler
  1. Kelainan di telinga
- Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam telinga bagian dalam (menyebabkan benign paroxysmal positional vertigo)
- Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri
- Herpes zoster
- Labirintitis (infeksi labirin di dalam telinga)
- Peradangan saraf vestibuler
- Penyakit Meniere
  1. Kelainan Neurologis
- Multiple sclerosis
- Patah tulang tengkorak
- Tumor otak
- Tumor yang menekan saraf vestibularis.
                                                                                                (Bhattacharyya et al., 2008)



Khasiat Bawang Putih, Obat Herbal dari Dapur Anda


Tulisan ini saya buat setelah memperhatikan kebiasaan dari bapak saya yang mengkonsumsi bawang putih setelah makan makanan berlemak atau berminyak, setelah saya membaca beberapa sumber ternyata bawang putih memiliki khasiat yang luar biasa.
Bawang putih sebenarnya berasal dari Asia Tengah, di antaranya Cina dan Jepang yang beriklim subtropik. Dari sini bawang putih menyebar ke seluruh Asia, Eropa, dan akhirnya ke seluruh dunia. Di Indonesia, bawang putih dibawa oleh pedagang Cina dan Arab, kemudian dibudidayakan di daerah pesisir atau daerah pantai. Seiring dengan berjalannya waktu kemudian masuk ke daerah pedalaman dan akhirnya bawang putih akrab dengan kehidupan masyarakat Indonesia. Peranannya sebagai bumbu penyedap masakan modern sampai sekarang tidak tergoyahkan oleh penyedap masakan modern yang banyak kita temui di pasaran yang dikemas sedemikian menariknya (Syamsiah dan Tajudin., 2003). Bawang putih (Allium sativum) adalah herba semusim berumpun yang mempunyai ketinggian sekitar 60 cm. Tanaman ini banyak ditanam di ladang-ladang di daerah pegunungan yang cukup mendapat sinar matahari. Batangnya batang semu dan berwarna hijau. Bagian bawahnya bersiung-siung, bergabung menjadi umbi besar berwarna putih. Tiap siung terbungkus kulit tipis dan kalau diiris baunya sangat tajam. Daunnya berbentuk pita (pipih memanjang), tepi rata, ujung runcing, beralur, panjang 60 cm dan lebar 1,5 cm. berakar serabut. bunganya berwarna putih, bertangkai panjang dan bentuknya payung. 


Klasifikasi Bawang Putih

Klasifikasi bawang putih, yaitu :       
Divisio             : Spermatophyta
Sub divisio       : Angiospermae
Kelas               : Monocotyledonae
Bangsa             : Liliales
Suku                : Liliaceae
Marga              : Allium
Spesies            : Allium sativum

Bawang putih bermanfaat bagi kesehatan karena mengandung unsur-unsur aktif, memiliki daya bunuh terhadap bakteri, sebagai bahan antibiotik, merangsang pertumbuhan sel tubuh, dan sebagai sumber vitamin B1. Selain itu, bawang putih mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi, dan mengandung sejumlah komponen kimia yang diperlukan untuk hidup manusia. Dewasa ini, bawang putih dimanfaatkan sebagai penghambat perkembangan penyakit kanker karena mengandung komponen aktif, yaitu selenium dan germanium (AAK, 1998).


Komposisi Kimia Bawang Putih

Bahan yang terkandung dalam beberapa jenis bawang kadar airnya cukup tinggi, yaitu antara 63 ml – 90 ml, sedangkan komponen utamanya berupa protein, karbohidrat dan lemak. Komponen ini merupakan zat organik yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh manusia serta untuk kelangsungan hidupnya. Disamping itu, sebagian besar bawang mengandung zat-zat seperti : kalsium, besi serta unsur kimia lainnya : bahkan jenis bawang tertentu mengandung vitamin A dan serat (crude fibre).
Kandungan zat gizi yang terkandung pada berbagai jenis bawang disajikan pada tabel berikut :
Tabel 1. Kandungan Zat Gizi pada Berbagai Jenis Bawang dalam 100 gr bahan :

Diantara beberapa komponen bioaktif yang terdapat pada bawang putih, senyawa sulfida adalah senyawa yang banyak jumlahnya. Senyawa-senyawa tersebut antara lain adalah dialil sulfida atau dalam bentuk teroksidasi disebut dengan alisin. Sama seperti senyawa fenolik lainnya, alisin mempunyai fungsi fisiologis yang sangat luas, termasuk di antaranya adalah antioksidan, antikanker, antitrombotik, antiradang, penurunan tekanan darah, dan dapat menurunkan kolesterol darah. Data epidemiologis juga menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara konsumsi bawang putih dengan penurunan penyakit kardiovaskuler, seperti aterosklerosis (penumpukan lemak), jantung koroner, dan hipertensi. (Wikipedia, 2009).

Manfaat Bawang Putih

Bawang putih termasuk tanaman rempah yang bernilai ekonomi tinggi karena memiliki beragam kegunaan. Tidak hanya di dapur, bawang putih memegang peranan sebagai tanaman apotek hidup yang sanggup berkiprah. Manfaat utama bawang putih adalah sebagai bumbu penyedap masakan yang membuat masakan menjadi beraroma dan mengundang selera. Meskipun kebutuhan untuk bumbu masakan hanya sedikit, namun tanpa kehadirannya masakan akan terasa hambar (Tim Penulis Swadaya, 1999). Zat-zat kimia yang terdapat pada bawang putih adalah Allicin yang berperan memberi aroma pada bawang putih sekaligus berperan ganda membunuh bakteri gram positif maupun bakteri gram negatif karena mempunyai gugus asam amino para amino benzoat, Sedangkan Scordinin berupa senyawa kompleks thioglosida yang berfungsi sebagai antioksidan (Yuwono, 1991).
Tidak seperti antibiotika sintetis, daya antibiotika bawang putih bekerja ke seluruh tubuh, bukan hanya ditempat yang sakit. Sebagai antibiotik alami, bawang putih bisa dimakan langsung dalam bentuk mentah, bisa pula direbus terlebih dahulu atau dicampurkan ke dalam masakan. Bawang putih digunakan sebagai obat dalam seperti : mengurangi kadar kolesterol dalam darah, mencegah serangan jantung, menstabilkan sistem pencernaan yang terganggu, meningkatkan daya tahan tubuh, mengobati nyeri sendi, menghambat penuaan sel otak, mengurangi gejala diabetes melitus, asma dan lain sebagainya. Sebagai obat luar digunakan untuk mengobati jerawat, bisul, sakit gigi, infeksi jamur pada kaki, infeksi telinga, mengobati panu, kadas, kurap dan lain sebagainya (Syamsiah dan Tajudin., 2003).


Kandungan Senyawa Aktif

o   Allicin
Allicin adalah komponen aktif utama bawang putih. Pertama kali dilaporkan oleh CJ Cavallito pada tahun 1944, allicin adalah bahan utama yang bertanggung jawab atas spektrum luas dari aktivitas anti-bakteri dalam bawang putih. Penelitian juga menunjukkan bahwa allicin berperan menurunkan kolesterol, anti-pembekuan darah, anti-hipertensi, anti-kanker, antioksidan dan anti-mikroba. Karena efek anti-jamurnya, bawang putih telah lama digunakan sebagai obat rakyat untuk mengobati infeksi kulit, antara lain kaki atlet (kutu air).

Sifat kimia bawang putih sangat kompleks. Bawang putih segar mengandung enzim (yang disebut allinase) dan alliin, yang terkandung di bagian berbeda dari tanaman itu. Struktur unik itu dirancang sebagai mekanisme pertahanan terhadap mikroba patogen tanah. Ketika jamur atau patogen tanah lainnya menyerang bawang putih, membran kompartemennya hancur, dan dalam waktu 10 detik, semua alliin akan diubah menjadi senyawa baru yang disebut allicin. Ini adalah senjata yang sangat efisien karena sistem pertahanan bawang putih hanya aktif di lokasi spesifik untuk jangka waktu yang singkat, sedangkan allinasedan alliin lainnya tetap disimpan dalam kompartemen masing-masing dan tersedia untuk serangan mikroba selanjutnya. Allicin yang diproduksi terlalu banyak justru dapat berbahaya bagi jaringan dan enzim tanaman itu.
Allicin tidak ditemukan dalam bawang putih segar. Hal ini karena bawang putih segar terdiri dari 65% air dan hanya berisi alliin, bukan allicin. Satu siung bawang putih segar dapat mengandung 6-14 mgalliin per gram. Potensi alami allicin adalah 2,5-5,1 mcg per gram alliin. Untuk mendapatkan allicin, bawang putih harus dicincang halus atau diuleg. Semakin halus dan intensif pemotongan, semakin banyak allicin yang dihasilkan dan semakin kuat efek obatnya. Allicin, yang membuat bau khas bawang putih cincang, cepat rusak. Allicin akan rusak bila didiamkan dalam beberapa menit di suhu ruangan atau bila dimasak terlalu lama.
Beberapa orang lebih memilih suplemen bawang putih. Pil dan kapsul bawang putih memiliki keuntungan tidak memiliki bau bawang putih yang menyengat. Namun, produk-produk itu tidak mengandung allicin. Serbuk kering bawang putih hanya berisi allinase dan alliin. Pada berat setara, bubuk bawang putih kering memiliki kadar alliin tiga kali lebih banyak daripada bawang putih segar. Untuk mempertahankan allinase yang sensitif terhadap asam lambung (sehingga alliin dapat dikonversi menjadi allicin), bubuk bawang putih kering biasanya dilapisi kapsul yang melindungi dari asam lambung, sehingga allicin dapat diproduksi di dalam usus.
·         Dialil sulfida
Dialil sulfida adalah komponen lain pada bawang putih yang bermanfaat untuk kesehatan, meskipun tidak sekuat allicinDialil sulfida adalah hasil dekomposisi allicin, sehingga lebih stabil daripada allicin. Daya aktifnya tidak menurun dengan cepat dan dapat bertahan setelah dimasak.
Dialil sulfida tidak memiliki sifat anti-jamur seperti allicin. Namun, zat ini dilaporkan baik untuk sirkulasi darah, membantu menurunkan tingkat kolesterol buruk dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.Dialil sulfida bermanfaat untuk detoksifikasi sel-sel, sehingga mencegah kerusakan sel-sel hati, usus dan saraf. Dengan mendukung kegiatan detoksifikasi pada hati, dialil sulfida dapat melindungi hati selama kemoterapi. Bawang putih dapat mencegah perkembangan kanker kolorektal dan penyakit kardiovaskuler. Beberapa studi menunjukkan bahwa dialil sulfida-lah yang terutama bertanggung jawab untuk tindakan tersebut.

Bukti Ilmiah


         Para dokter di Austria merekomendasikan bawang putih sebagai tambahan selain obat untuk para pasien hipertensi. mereka juga telah melakukan uji coba kepada 50 pasien hipertensi untuk mengonsumsi suplemen bawang putih.Hasilnya, pasien yang mengonsumsi empat kapsul ekstrak bawang putih setiap hari memiliki tekanan rendah dibandingkan dengan pasien yang mengonsumsi pil plasebo (pil yang memiliki zat aktif). Sebelumnya, penelitian juga telah membuktikan bahwa ekstrak bawang putih efektif menurunkan kadar kolestrol dan tekanan darah tinggi pada pasien hipertensi yang tidak tertangani.

            Kandungan Allicin dan Aliin berkaitan dengan daya antikolesterol. Bawang putih memiliki kandungan ajoene, zat antikoagulan darah sehingga khasiat antikolesterol makin kuat. Kemampuan ini membuat bawang putih berkhasiat mencegah penyakit jantung koroner dan menurunkan tekanan darah tinggi yang diakibatkan kadar kolesterol darah yang meningkat. Allicin juga memiliki kemampuan menyerap lemak. Beberapa penelitian praklinik pada hewan menunjukkan bahwa ada 3 kelompok sulfur pada bawang putih yang mampu menghambat hingga 50% produksi kolesterol tubuh. Ketiga kelompok sulfur tersebut adalah S-ally cysteine, S-ethyl cysteine, dan S-propyl cysteine.


Tips

Bawang putih sangat kuat dan perlu diperlakukan dengan benar:
  • Berhati-hatilah saat mencincang bawang putih. Terlalu banyak kontak dengan bawang putih cincang dapat mengakibatkan iritasi kulit.
  • Hentikan mengonsumsi bawang putih bila Anda memiliki alergi. Beberapa orang alergi terhadap bawang putih. Gejala alergi bawang putih termasuk ruam kulit, demam dan sakit kepala.
  • Memasak terlalu lama dan penggunaan microwave menghancurkan allicin dan menghilangkan manfaat kesehatannya. Agar efek obatnya lebih kuat, cincang bawang putih segar dan campurkan dengan masakan sesaat sebelum disajikan. Jangan berlebihan menambahkan bawang putih, terlalu banyak bawang putih dapat mengiritasi lambung dan bahkan mungkin merusak saluran pencernaan.
  • Bila Anda mengonsumsi suplemen bawang putih, pecahlah konsumsinya dengan dosis harian kecil tetapi sering daripada satu dosis harian besar.
  • Jika Anda sedang mengonsumsi obat farmasi, tanyakan ke dokter Anda terlebih dahulu apakah Anda boleh mengambil suplemen bawang putih. Secara umum, antara obat farmasi dan suplemen herbal sebaiknya diberi jeda 2 jam agar tidak terjadi interaksi obat.
  • Jangan mengonsumsi suplemen bawang putih bila Anda meminum obat pengencer darah atau obat yang berefek mengencerkan darah (seperti aspirin, warfarin, dll). Sifat mengencerkan darah dari bawang putih dapat menggandakan efek obat ke tingkat yang berbahaya. Bawang putih juga berpotensi mengganggu anti-koagulan, sehingga perlu dihindari sebelum dan sesudah operasi.