Senin, 14 Januari 2013

Suppositoria


Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra. Umumnya meleleh, melunak, atau melarut dalam suhu tubuh. Suppositoria dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat atau sebagai pembawa zat terapeutik yang bersifat lokal atau sistemik. Bahan dasar suppositoria yang umum digunakan adalah lemak coklat, gelatin tergliserinasi, minyak nabati terhidrogenasi, campuran polietilen glikol, dan esterasam lemak polietilen glikol. (Depkes RI, 1995)
Bahan dasar suppositoria mempengaruhi pada pelepasan zat terapeutiknya. Lemak coklat capat meleleh pada suhu tubuh dan tidak tercampurkan dengan cairan tubuh, sehingga menghambat difusi obat yang larut dalam lemak pada tempat yang diobati. Polietilen glikol adalah bahan dasar yang sesuai dengan beberapa antiseptik, namun bahan dasar ini sangat lambat larut sehingga menghambat pelepasan zat yang dikandungnya. Bahan pembawa berminyak, seperti lemak coklat, jarang digunakan dalam sediaan vagina, karena membentuk residu yang tidak dapat diserap. Sedangkan gelatin jarang digunakan dalam penggunaan melalui rektal karena disolusinya lambat. (Depkes RI, 1995)
Bobot suppositoria bila tidak dinyatakan lain adalah 3 gr untuk dewasa dan 2 gr untuk anak. Penyimpanan suppositoria sebaiknya di tempat yang sejuk dalam wadah tertutup rapat. Bentuknya yang seperti torpedo memberikan keuntungan untuk memudahkan proses masuknya obat dalam anus. Bila bagian yang besar telah masuk dalam anus, maka suppositoria akan tertarik masuk dengan sendirinya. (Moh. Anief, 2007)
Keuntungan penggunaan suppositoria dibandingkan dengan penggunaan obat secara per oral adalah :
  • Dapat menghindari terjadinya iritasi obat pada lambung 
  • Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan 
  • Obat dapat masuk langsung dalam saluran darah dan berakibat obat dapat memberi efek lebih cepat 
  • Baik bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar.

(http://farmasi.dikti.net, 2009)

Pembuatan Suppositoria
            Pembuatan suppositoria secara umum dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
  • Bahan dasar yang digunakan harus leleh pada suhu tubuh atau larut dalam cairan yang ada dalam rektum
  • Obat dilarutkan dalam bahan dasar, bila perlu dilakukan pemanasan atau obat dibuat serbuk halus.
  • Setelah campuran obat dan bahan dasar dilelehkan atau mencair, dilakukan pencetakan dan didinginkan.

Cetakan suppositoria terbuat dari besi yang dilapisi nikel atau logam lain atau plastik. Cetakan harus mudah dibuka secara longitudinal untuk mengeluarkan suppositoria yang telah jadi. Untuk menghindari obat melekat pada cetakan, maka cetakan sebelumnya dilumuri dengan parafin, minyak lemak, atau spiritus saponatus. Untuk suppositoria yang mengandung garam logam, jangan menggunakan spiritus saponatus karena akan berreaksi dengan senyawa sabunnya. Sebagai gantinya dapat digunakan Oleum ricini dalam etanol. Untuk suppositoria berbahan dasar polietilen glikol dan tween tidak perlu bahan pelicin karena saat pendinginan mengalami pengerutan sehingga mudah dilepas dari cetakan. (Moh. Anief, 2000)
Suppositoria Lemak Coklat
Suppositoria berbahan dasar lemak coklat dapat dibuat dengan cara mencampur bahan obat yang dihaluskan ke dalam minyak padat pada suhu kamar dan massa yang dihasilkan dibuat dalam bentuk yang sesuai. Sejumlah zat pengeras yang sesuai dapat ditambahkan untuk mencegah kecenderungan beberapa obat, seperti kloralhidrat dan fenol, yang melunakkan bahan dasar. (Depkes, 1995)
Suppositoria Gelatin Tergliserinasi
Bahan obat dapat dicampur ke dalam bahan dasar gelatin tergliserinasi, dengan komposisi bahan dasar 70% gliserin, 20% gelatin, dan 10% air. Suppositoria jenis ini sebaiknya disimpan dalam wadah tertutup rapat pada suhu dibawah 35oC.
Suppositoria dengan Bahan Dasar Polietilen Glikol
            Beberapa kombinasi polietilen glikol mempunyai suhu lebur lebih tinggi dari suhu badan telah digunakan sebagai bahan dasar dari suppositoria. Karena pelepasan bahan obat dari bahan dasar lebih ditentukan oleh disolusi dari pada pelelehan, maka masalah dalam pembuatan dan penyimpanan jauh lebih sedikit dibandingkan masalah yang disebabkan oleh jenis bahan pembawa yang melebur. Tetapi, polietilen glikol dengan kadar tinggi dan bobot molekul lebih tinggi, dapat memperpanjang waktu disolusi, sehingga menghambat pelepasan bahan obat. Pada etiket suppositoria polietilen glikol, harus tertera petunjuk “Basahi dengan air sebelum digunakan”. Meskipun dapat disimpan tanpa pendinginan, suppositoria ini harus dikemas dalam wadah tertutup rapat. (Depkes, 1995)
Suppositoria dengan Bahan Dasar Surfaktan
            Beberapa surfaktan non ionik dengan sifat kimia mendekati polietilen glikol, dapat digunakan sebagai bahan pembawa suppositoria. Contoh surfaktan ini adalah ester asam lemak polioksietilen sorbitan dan polioksietilen stearat. Surfaktan ini dapat digunakan dalam bentuk tunggal atau kombinasi dengan pembawa suppositoria yang lain untuk memperoleh suhu lebur yang memiliki rentang lebar dan konsistensi suppositoria itu sendiri.
Salah satu keuntungan utama dari penggunaan bahan pembawa ini adalah dapat terdispersi dalam air. Tetapi, dalam penggunaan surfaktan ini harus sangat hati-hati karena dapat meningkatkan kecepatan absorbsi obat atau dapat berinteraksi dengan molekul obat, yang dapat menurunkan aktivitas terapeutik dari obat.
Tujuan Penggunaan Sediaan Obat Suppositoria
            Suppositoria dipakai untuk pengobatan lokal melalui rektal untuk distribusi sistemik, karena dapat diserap oleh membrana mukosa dalam rektum. Dan ini digunakan ketika tidak dimungkinkan pasien diberikan obat secara oral, seperti pasien yang mudah muntah.
            Aksi kerja awal akan diperoleh secara cepat karena obat diabsorbsi melalui mukosa rektal langsung masuk ke dalam sirkulasi darah, serta terhindar dari pengrusakan obat oleh enzim dalam saluran gastrointestinal dan perubahan obat secara biokimia di dalam hepar. Faktor – faktor yang mempengaruhi absorbsi obat melalui rektal adalah :
·         Faktor Fisiologis :
o   Rektum memiliki sedikit cairan dengan pH sekitar 7,2. Jumlah obat yang diabsorbsidan masuk ke dalam peredaran darah tergantung dimana obat itu dilepas dalam rektum.
·         Faktor Fisika Kimia dari Obat dan Basis
o   Kelarutan obat
o   Kadar obat dalam basis
o   Ukuran partikel
o   Basis suppositoria

Tidak ada komentar: