A. Curcuma xanthorrhiza
Temulawak mempunyai
klasifikasi sebagai berikut (Ravindran dan
Babu, 2007):
Divisi :
Spermatophyta
Sub divisi :
Angiospermae
Kelas
: Monocotyledonae
Ordo
: Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies :
Curcuma xanthorrhiza Roxb.
Curcuma xanthorrhiza
Roxburgh (Roxb.) dikenal sebagai obat untuk berbagai penyakit. Hal ini juga
dapat diambil sebagai suplemen gizi. Kandungan temulawak terdiri dari
seskuiterpenoid yaitu xanthorrhizol (44,5%) dan kurkumin (21,5%) sebagai
konstituen utama. Sesquiterpenoid diketahui memiliki aktivitas antioksidan, aktivitas
antiinflamasi saraf, nefroprotektif, hepatoprotektif, antijamur, dan antibakteri
(Ismail et al., 2005).
Xanthorrhizol
pertama kali terlibat dalam penelitian antikanker saat diuji pada Sarkoma 180
ascites pada tikus dan diidentifikasi sebagai salah satu unsur utama antitumor.
Xanthorrhizol kemudian ditemukan untuk menghambat pembentukan tumor dan
membalikkan karsinogenesis dalam tahap pra-malignan pada kulit mencit dengan
mengurangi ekspresi protein dekarboksilase ornithine, siklooksigenase-2
(COX-2), induksi nitrat oksida sintase (iNOS), dan menekan aktivasi NF-kappaB
(Cheah et al., 2008). Kurkumin
bekerja dengan cara menghambat fase telomerase pada proses replikasi DNA pada
sel kanker (James dan Mukhtar, 2007; Mukherjee et al., 2007; Singh dan
Anggarwal, 2009).
B.
Curcuma
domestica
Kunyit
(Curcuma domestica) memiliki klasifikasi
sebagai berikut (Ravindran dan Babu, 2007):
Divisi :
Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo :
Zingiberales
Famili :
Zingiberaceae
Genus :
Curcuma
Spesies : Curcuma domestica
Val.
Kunyit (Curcuma domestica Val.)
merupakan jenis temu-temuan yang mengandung kurkuminoid, yang terdiri atas senyawa kurkumin dan turunannya yang meliputi desmetoksikurkumin dan bisdesmetoksikurkumin. Kurkuminoid merupakan bahan
aktif dalam rimpang kunyit yang mempunyai aktivitas biologis berspektrum luas,
yang salah satunya adalah protektif organ (Hartono et al., 2005).
Kurkumin pada kunyit mempunyai efek yang poten sebagai
antiinflamasi, antioksidan dan antikanker. Kurkumin yang dikonsumsi secara oral
mempunyai kadar yang rendah dalam plasma dan jaringan, hal ini dikarenakan
absorbsi yang buruk, metabolisme dan eliminasi sistemik yang cepat (Preetha et al., 2007). Kurkumin
menghambat pensinyalan NF-kB melalui banyak cara diantaranya dengan menghambat ROS
sehingga mencegah pensinyalan inflamasi dan menghambat fungsi Akt dan MAPKs (Lin
dan Lin, 2008).
C. Zingiber officinale
Klasifikasi tanaman jahe merah menurut Ravindran dan Babu. (2007):
Divisi :
Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Ordo :
Zingiberales (Scitamineae)
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Spesies : Zingiber
officinale Rosc.
Zingiber officinale Roscoe, dilaporkan
memiliki aktivitas antioksidan, antiemetik, spasmolitik, dan antiinflamasi. Dalam
rimpang jahe segar, gingerol dan shogaol teridentifikasi sebagai komponen aktif
utama. Gingerol dan shogaol dilaporkan bertanggung jawab untuk dengan
antiemetik, analgesik, antipiretik, antitusif, hipotensi, dan mutagenik (Singh et al., 2010). Kandungan zat aktif lain
yang terdapat dalam jahe adalah monoterpen dan seskuiterpen, camphen,
betaphellandren, kurkumin, cineole, asetat geranyl, terphineol, terpen,
borneol, geraniol, limonen, linalool, alpha-zingiberen (30-70%), beta-sesquiphellandren
(15-20%), betabisabolen (10-15%), dan alpha farmesen (Ghosh et al., 2011).
Jahe merah memiliki antioksidan lebih banyak dibanding vitamin E
(Kikuzaki dan
Nakatani, 1993). Jahe merah juga memiliki aktivitas antiinflamasi dan efek kemopreventif sehingga mampu mencegah terjadinya kanker (Ravindran dan Babu, 2007). Nigam et al. (2009) menjelaskan bahwa kandungan senyawa
6-gingerol dan 6-paradol dalam Z. officinale mempengaruhi fase istirahat
siklus sel dan induksi apoptosis sel kanker melalui peningkatan ekspresi gen
p-53, Bax level, dan penurunan ekspresi gen Bcl-2. Senyawa 6-gingerol dan
6-paradol juga bekerja secara langsung mempengaruhi mekanisme caspase-3 sehingga
menginduksi apoptosis sel kanker (Keum et al., 2002). Aktivitas mieloprotektif Z. officinale disebabkan karena adanya suatu antioksidan, yaitu
gingerol (polifenol) yang telah diidentifikasi sebagai komponen aktif utama
(Masuda et al., 1999).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar